Selasa, 07 Juni 2016

Legenda Gunung Pamidangan dan sungai Cibaganjing Dsn. Gununggeulis Ds. Tambaksari

Gunung Pamidangan ( Gununggeulis )
Gunung PAMIDANGAN terletak di Dusun Gununggeulis Desa Tambaksari Kecamatan Wanareja. Secara geografis adalah sebuah bukit kecil yang subur ditumbuhi pohon Pinus yang masuk wilayah Kawasan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Barat dibawah BKPH Wanareja. Berdasarkan catatan Historis, tempat ini mempunyai cerita sejarah yang tidak kalah penting untuk dilupakan terutama oleh warga masyarakat Desa Tambaksari. Karena tempat ini telah dijadikan basis Persembunyian dan Pertahanan pada Pemberontakan Tentara DI/TII pada tahun 1955. Sementara seluruh warga masyarakat Desa Tambaksari diungsikan didaerah SINGKUP supaya aman dari kebiadaban Tentara DI/TII dengan membuat sebuah Benteng Pagar keliling terbuat dari bambu setinggi 5 meter sebanyak delapan lapis. Pekerjaan ini dipimpin langsung oleh Kuwu Desa Tambaksari Sukarno saat itu yang dikawal oleh pasukan Tentara Nasional Indoneia. Sampai dirasa aman seluruh warga masyarakat, pada tahun 1962 diperintahkan kembali ke Kampung asal masing masing.

Gunung ( PAMIDANGAN ) artinya bersantai / bercengkrama, adalah tempat terakhir yang dijadikan persembunyian Dewi Naganingrum Istri pertama Raja Galuh Permana Dikusuma setelah tidak lagi menjabat jadi raja pergi meninggalkan istana menjadi seorang pertapa. Dewi Naganingrum diusir dari Istana Galuh, karena dituduh melahirkan bayi seekor anjing. Sebenarnya bayinya adalah manusia biasa, tetapi tanpa sepengetahuan Dewi Naganingrum ditukar dengan seekor anak anjing oleh Dewi Pangrenyep mantan istri kedua Permana Dikusuma yang dinikahi oleh Raja Temperan. Itu adalah akal kejahatan Dewi Pangrenyep saja, yang berusaha menyingkirkan Dewi Naganingrum dari istana dengan mengatakan kebohongan kepada rakyat, tapi tidak ada yang percaya kepadanya. Bahkan Uwa lengser tak dapat melakukan apa-apa karena Raja Temperan yang menggantikan Raja Permana Dikusuma serta Ratu Dewi Pangrenyep sangat berkuasa. Raja Temperan memberikan hukuman mati atas Dewi Naganingrum karena dia telah melahirkan seekor anjing, yang dianggap sebagai aib bagi kerajaan. Uwa lengser mendapat perintah untuk melaksanakan eksekusi tersebut. Dia membawa Ratu yang malang itu ke hutan, namun dia tak sampai hati membunuhnya, ia malahan membangunkan sebuah gubuk yang baik untuknya. Untuk meyakinkan Raja Temperan dan Ratu Pangrenyep bahwa ia telah melakukan perintahnya, ia menunjukkan kepada Sang Raja, HATI Dewi Naganingrum beserta pakaiannya yang berlumuran darah. Padahal itu adalah HATI hewan anjing yang sengaja dibunuh untuk tanda bukti ke Istana. Dewi Naganingrum berpesan kepada Uwa Lengser “jangan diberi tahu kepada Rajanya atau siapaun perihal tempat persembunyian itu dengan mengganti nama menjadi Nyi Damar Wulan”  apabila ada dari pihak kerajaan yang tahu dan datang ke gunung Pamidangan, kejadian SIAL pun akan menimpanya. Maka sampai sekarang TABU atau PAMALI bagi siapa saja yang merasa Pegawai/aparat apabila mengunjungi tempat itu. Wallahualam itu hanya Allah yang maha menentukan apa isi yang terkandung  pada pesan itu.

Keramat Uwa Lengser
Bangkai anjing (BUGANG : bhs. sunda) yang disembelih tadi, dibuang ke sungai yang hulunya berasal dari Gunung Pamidangan dinamakan  CIBAGANJING, asal kata CAI-BUGANG-ANJING (air-bangkai-anjing ). Untuk memudahkan menyebut namanya menjadi Sungai CIBAGANJING yang bermuara ke Sungai Citanduy yang panjangnya kurang lebih 15 km. Sementara GUNUNG yang ditempati Putri Cantik / GEULIS (bhs. Sunda) atau Ratu Dewi Naganingrum / Nyi Damar Wulan selanjutnya dipakai nama sebuah dusun GUNUNGGEULIS yang artinya Gunung nan Cantik.

Sekarang kita bisa melihat secara langsung sebuah keramat peninggalan uwa Lengser diantara seberang  sungai Cibaganjing terdapat pula sebuah keramat yang dipercaya tempat kediaman seorang Putra Pangeran Kerajaan Galuh dengan sebutan Prabu Ciung Wanara sebelum mangkat menjadi seorang Raja Galuh menggantikan Raja Temperan untuk menemui Ibundanya Dewi Naganingrum. Sebuah kisah dengan mengalahkan adu sabung ayam maka beliau diangkat manjadi seorang Raja Galuh.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar